Ben
Bâz berfatwa dalam Majm Fatâwa 28 tentang masalah Sifat ketika
menjelaskan hadis yang menyebutkan bahwa kelak di hari kiamat ada
tujuh orang yang akan dinaungi dengan naungan Allah:
في حديث السبعة الذين يظلهم الله في ظله يوم لا ظل إلا ظله، فهل يوصف الله تعالى بأن له ظلاً؟
الجواب
نعم كما جاء في الحديث، وفي بعض الروايات: ((في ظل عرشه)) لكن الصحيحين ((في ظله))، فهو له ظل يليق به سبحانه لا نعلم كيفيته مثل سائر الصفات، الباب واحد عند أهل السنة والجماعة. والله ولي التوفيق.))
Pertanyaan: Tentang hadis tujuh orang yang akan dinaungi di bawah
bayang-bayang/naungan Allah di hari di mana tiada naungan selain
naungan-Nya. Dan apakah Allah disifati bahwa Dia memiliki
bayang-bayang?
Jawab: Ya, seperti telah datang dalam hadis. Dan dalam sebagian
riwayat: Di bawah bayang-bayang Arsy-Nya. Akan tetapi dalam Shahihain
(Bukhari & Muslim): Di bawah bayang-bayang-Nya.
Maka Dia (Allah) punya bayang-bayang yang pantas dengan kehamaha sucian-Nya. Kita tidak mengetahui bagaina DIa itu, seperti seluruh
sifat. Pintunya menurut Ahlusunnah wal jamâ’ah adalah satu. Allah
waly/pemberi taufiq.
Maha Suci Allah dari pensifatan seperti itu. Sebab bayang-bayang
adalah untuk sesuatu yang bersifat bendawi, ketika cahaya terhalang
darinya maka muncullah bayang-bayang.
Jika
apa yang diyakini oleh Bin Bâz dan kaum Wahhâbi ini menifestasi
dari faham Tajsîm/memposturisasi
Allah, lalu seperti apa Tajsîm itu?
Adapun
kata-kata yang selalu disebutkan kaum Mujassim setelah mereka
mensifati Allah dengan sifat-sifat makhluk-Nya yang mustahil
disematkan unatk Allah Dzat Yang Maha Suci… maka kata-kata seperti
tidak sedikitpun untuk mengelakkan bukti bahwa akidah mereka itu
adalah Tajsîm.
Sebab setelah mereka mensifati Allah dengan sifat muhadts/makhluk,
apa kira-kira pengaruh kata-kata seperti itu?!
0 komentar