maulid Nabi VS maulid muhamad bin abdul wahab dan maulid saudi

5/ 5 (99)


dengan berbagai alasan yang penuh tipudaya serta pembenaran diri, mereka mati matian mengharamkan maulid Nabi kita dan malah memuliakan dan merayakan kelahiran imam besar mereka, Muhammad bin abdul wahab si  syeih tanduk setan dari Najd.
سئل الشيخ العثيمين رحمة الله تعالى عن الفرق بين ما يسمى بأسبوع الشيخ محمد بن عبد الوهاب رحمة الله والاحتفال بالمولد النبوي حيث ينكرعلى من فعل الثاني دون الأول
:فأجاب
الفرق بينهما حسب علمنا من وجهين
الأول: إن أسبوع محمد بن عبد الوهاب رحمة الله تعالى لم يتخذ تقربا إلى الله عز وجل، وإنما يقصد به إزالة الشبهة في نفوس بعض الناس في هذا الرجل ويبين ما من الله به على المسلمين على يد هذا الرجل.
الثاني: أسبوع الشيخ محمد بن عبد الوهاب رحمة الله لا يتكرر ويعود كما تعود الأعياد بل هو أمر بين للناس وكتب فيه ما كتب وتبين في حق هدا الرجل ما لم يكن معروفا من قبل لكثير من الناس ثم انتهى أمره
من كتاب فتاوى العقيدة للشيخ محمد بن صالح بن عثيمين
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah pernah ditanya tentang apa perbedaan antara “Pekan Memorial Syaikh Muhammad bin Abdil WahhabRahimahullah” dengan “Perayaan Maulid Nabi”. Mengapa Maulid Nabi diingkari namun acara tersebut tidak diingkari?
Beliau menjawab:
Menurut hemat saya, perbedaannya dilihat dari dua sisi:
Pertama, “Pekan Memorial Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab Rahimahullahu Ta’ala” tidak dianggap sebagai suatu bentuk taqarrub kepada Allah Azza Wa Jalla. Acara ini diadakan dalam rangka meluruskan info-info yang rancu mengenai pribadi beliau. Juga menjelaskan tentang nikmat yang Allah berikan kepada kaum muslimin melalui tangan beliau (yaitu jasa-jasa beliau).
Kedua, “Pekan Memorial Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab Rahimahullahu Ta’ala” tidak diadakan secara rutin dan sebagaimana rutinnya hari raya. Isi dari kegiatan ini adalah memberikan menjelaskan dan merilis tulisan-tulisan beliau kepada masyarakat serta menerangkan tentang pribadi beliau. Karena penjelasan tentang hal ini banyak belum diketahui banyak orang. Hanya sebatas itu lah kegiatannya.
Sumber: Majmu’ Fatawa Al Aqidah Li Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah
Dinukil dari: http://www.sahab.net/FORUMS/showthread.php?p=423195
LALU DIMANAKAH LETAK PENGKHIANATAN DAN PENISTAAN PADA DIRI ROSULULLAH ?
mari kita simak jawaban imam syeikh wahabi diatas :
1. *** ternyata sejak dulu umat islam sudah banyak tahu mengenai kebusukan muhammad bin abdul wahab, baik itu dari hadis hadis Nabi maupun dari penjelasan para ulama ahlusunnah wal jamaah. sehingga syeih wahabi dan kaumnya perlu mengadakan syiar maulid muhammad bin abdul wahab demi membela matia matian syeih tanduk setan dan memperbaiki citra busuknya.
**** disitu dikatakan "bahwa perayaan maulid bin abdul wahab bukanlah suatu bentuk taqarrub" yang bermaksud bahwa perayaan maulid Nabi kita adalah suatu bentuk taqarrub yang salah atau sesat.
**** disitu dikatakan bahwa perlu mengenang jasa jasa syeih tanduk setan dan mensyukurinya sebagai nikmat atas kelahiran syeih tanduk setan. lalu apakah tidak perlu di kenang jasa jasa Rosulullah sebagai Rohmat seluruh alam ? dan apakah kelahiran Rosulullah tak patut mereka syukuri ?
2.***  disitu mereka berkilah bahwa "waktu" perayaan maulid muhammad bin abdul wahab bukanlah waktu khusus hal ini bermaksud menyinggung kita bahwa hari dan bulan kelahiran Rosulullah adalah bukanlah hal yang penting bagi mereka dan mungkin mereka sudah melupakan bahwa Rosullulah adalah mahluq paling mulia
**** disitu di jelaskan pentingnya mengenal pribadi syeih tanduk setan dan karya karyanya. lalu apakah sejarah dan pribadi uswatun hasanah serta perjuangan Rosulullah tidak perlu dikenal dan disyiarkan pada umat dan generasi islam ?.
dari uraian diatas bisa kita simpulkan bahwa pantaskah mereka disebut mencintai dan memuliakan Rosulullah  ? lalu umat siapakah mereka ?
MAUILD NABI VS HUT NEGARA
 maulid Nabi VS maulid muhamad bin abdul wahab dan maulid saudi
Fatwa Syeh Abd.Aziz Al syeh di sebuah koran Arab Saudi Al Riyadh dan Koran Al okaz
Fatwa pada koran Al Riyadh
اقامة الموالد الشركية لا اساس لها من الدين
Pelaksanaan Maulid maulid termasuk kesyirikan yang tidak ada dasar dari agama
Fatwa di koran Al Okaz
ينبغى ان يكون اليوم الوطنى يوم شكر لله ==و لابد من السمع والطاعة لولاة الامر
Sepatutnya Hari Nasional ( HUT ) merupakan hari syukur kepada ALLOH,dan keharusan Mendengar dan ta’at kepada PENGUASA NEGARA
Peringatan hari hari nasional di saudi 
menari nari didepan patung burung
amir Saudi wahabi dnace with bush
-menari dengan musik ashobiyah (mengagungkan badwi najd saudi)
– menari dgn kafir harbi
– mengacungkan pedang kepada muslim

 maulid Nabi VS maulid muhamad bin abdul wahab dan maulid saudi
***merayakan maulid  negara saudi bukan termasuk bid'ah
Seorang ulama wahhabi salafy doctor Abdullah bin Sulaiman Al-Mani’ pengarang kitab HIWAR MA’AL MAALIKI (Diaolog bersama sayyid Muhammad Al-Maliki)mengeluarkan fatwa bahwa ‘Al-Ihtifal bi yaumil wathoni’ (Merayakan hari nasional) sangat penting bahkan suatu kemuliaan bagi seluruh manusia.
Dalam acara memperingati hari nasional yang beliau selenggarakan bersama para murid-muridnya di kota Madinah, hadir ratusan pemuda pemudi bercampur baur mnjadi satu dengan berbagai macam acara, salah satunya acara joget bersama (untuk videonya lihat link : http://www.al7ewar.net/forum/showthread.php?).

Maulid Nabi syi'ar cinta Rosul dan ungkapan rasa syukur(dalil dalil sahih)
a. Pengertian secara bahasa maulud adalah waktu kelahiran. Secara istilah diartikan sebagai: Perayaan syiar cinta Rosul dan ungkapan rasa syukur dan gembira atas kelahiran Rasul SAW yang biasanya dilakukan pada bulan rabi’ul awal atau Mulud .

b. Dalil-dalil perayaan Maulid Nabi SAW
dasar utama syiar perayaan maulid nabi adalah syiar cinta Rosul sehingga generasi dan umat islam mengenal dan mencintai dan memulyakan nabinya serta menjalankan risalah yang dibawa beliau, jangan sampai generasi kita lebih mengenal artis korea idolanya ketimbang nabinya.
yang mendasari syiar perayaan maulid sebagai syiar cinta Rosul sebagaimana hadis berikut : 

عَنْ أَنَسٍ قَالَ قَالَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
Dari Anas r.a. ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Tidak sempurna keimanan seseorang diantara kalian hingga ia lebih mencintai aku daripada kedua orangtuanya, anaknya, dan manusia semuanya."
(sahih bukhori)
 dan hal yang kedua sudah sangat jelas bahwa umat islam sangat memulyakan nabinya yang amat berjasa sangat besar nan mulia yang patut kita kenang dan syukuri sebagai pembawa risalah rohmatan lil alamin dan perayaan syiar cinta rosul ini sebagai ekspresi nyata atas rasa kegembiraan dan bersyukur atas kelhiran Rasululloh SAW yang mana kelahiran Rasululloh SAW adalah sebuah anugerah Allah sebagaimana firman Allah SWT:
قُلْ بِفَضْلِ اللهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَالِكَ فَلْيَفْرَحُوْا(يونس:١٥٨)
“Katakanlah (Muhammad), sebab anugerah dan rahmat Alloh (kepada kalian), maka bergembiralah mereka.”(QS.Yunus:58)

Dalam sebuah hadis diriwayatkan oleh Imam Muslim dikatakan bahwa Rasululloh SAW mensyukuri hari kelahirannya dengan berpuasa. Dalam sebuah hadis diriwayatkan:
عَنْ أَبِي قَتَادَتَ اْلاَنْصَارِيِّ اَنَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صَوْمِ الْاِثْنَيْنِ فَقَالَ فِيْهِ ولُدِتْ ُوَفِيْهِ أُنْزِلَ عَلَيَّ(رواه مسلم، ١٩٧٧)
“Diriwayatkan dari Abu Qatadah al-Anshari RA bahwa Rasululloh pernah ditanya tentang puasa senin, maka beliau menjawab:” Pada hari itulah aku dilahirkan dan wahyu diturunkan kepadaku.”(HR.Muslim:1977)
.
Dalil Ketiga,
وَقَالَ اْلاُسْتَاذُ اْلاِمَامُ الْحَافِظُ اْلمُسْنَدُ الذُّكْتُوْرُ اْلحَبِيْبُ عَبْدُ اللهِ بْنِ عَبْدِ اْلقَادِرِ بَافَقِيْهِ بِأَنَّ قَوْلَهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ عَظَمَ مَوْلِدِيْ كُنْتُ شَفِيْعًا لَهُ يَوْمَ اْلِقيَامَةِ مَارَوَاهَ ابْنُ عَسَاكِرَ فِى التَّاريْخِ فِى الْجُزْءِ اْلاَوَّلِ صَحِيْفَةُ سِتَّيْنِ وَقَالَ الذَّهَبِى صَحِيْحٌ اِسْنَادُهُ.
Ustadz Imam al-Hafidz al-Musnid DR. Habib Abdullah Bafaqih mengatakan bahwa hadis “man ‘azhzhama maulidy kuntu syafingan lahu yaum al-qiyamati” seperti diriwayatkan Ibnu Asakir dalam Kitab Tarikh, juz 1,hlm 60, menurut Imam Dzaraby sahih sanadnya.
Dalil ketiga dalam kitab Madarij As-shu’ud Syarah al-Barzanji, hlm 15:
قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ عَظَمَ مَوْلِدِيْ كُنْتُ شَفِيْعًا لَهُ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ.
Rosululloh bersabda:Siapa menhormati hari lahirku, tentu aku akan memberikan syafa’at kepadanya dihari Kiamat.

Dalil keeempat dalam Madarif as-Shu’ud, hlm.16
وَقَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ مَنْ عَظَمَ مَوْلِدِ النَّبِي صَلًّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَدْ اَحْيَا الْاِسْلَامَ.
Umar r.a mengatakan: siapa menghormati hari lahir Rosululloh sama artinya menghidupkan Islam.
Sekitar lima abad yang lalu Imam Jalaluddin al-Shuyuthi (849-910 H/1445-1505 M) pernah menjawb polemik tentang perayaan Maulid Nabi SAW. Di dalam al-Hawi li al-Fatawi beliau menjelaskan:
“Ada sebuah pertanyaan tentang perayaan Maulid Nabi Saw pada bulan Rabi’ul Awal, bagaimana hukumnya menurut syara’. Apakah terpuji ataukah tercela? Dan apakah orang yang melakukannya diberi pahala ataukah tidak? Beliau menjawab, “Jawabannya menurut saya bahwa semula perayaan Maulid Nabi Saw,yaitu manusia berkumpul, membaca al- Qur’an dan kisah-kisah teladan Nabi SAW sejak kelahirannya sampai perjalanan kehidupannya. Kemudian menghidangkan makanan yang dinikmati bersama, setalah itu mereka pulang. Hanya itu yang dilakukan,tidak lebih. Semua itu termasuk Bid’ah hasanah. Orang yang melakukannya diberi pahala karena mengagungkan darejat Nabi SAW, manampakkan suka cita dan kegembiraan atas kelahiran Nabi Muhammad SAW, yang mulia.”(Al-Hawi li al-Fatawi,juz1,hal.251-252).

Bahkan imam besar wahabi yaitu syaikh Ibnu Taimiyyah juga merayakan maulid nabi dan mendukung perayaan tersebut, hal ini dibuktikan sebagaimana dikutip oleh Sayyid Muhammad bin Alawi al – Maliki:
“Ibnu Taimiyyah berkata,”Orang-orang yang melaksanakan perayaan Maulid Nabi SAW, akan diberi pahala. Demikian pula yang dilakukan oleh sebagian orang, adakalanya bertujuan meniru kalangan Nasrani yang memperingati kelahiran Isa AS, dan ada kalanya juga dilakukan sebagai ekspresi rasa cinta dan penghormatan kepada Nabi SAW. Allah SWT akan memberi pahala kepada mereka atas kecintaan mereka kepada Nabi mereka, bukan dosa atas bid’ah yang mereka lakukan.”(Manhaj al-Salaf fi Fahm al-Nushush Bain al-Nazhariyyah wa al-Tathbiq, hal 399).

0 komentar