Ibnu Taimiyah : Mencuci Daging Termasuk Bid'ah

5/ 5 (99)
dari sahabat facebook Budi Budi
Ibnu Taimiyah : Mencuci Daging Termasuk Bid'ah 2Ibnu Taimiyah : Mencuci Daging Termasuk Bid'ah Ibnu Taimiyah : Mencuci Daging Termasuk Bid'ah 3




PENGUMUMAN2 SEBAGAI ANAK YG SHOLEH ATAU SHOLEHAH SEBAIKNYA KITA MEMBERITAHUKN IBU KITA YG CANTIK JELITA UTK TDK MENCUCI DAGING KARNA ITU BID AH...
Ibnu Taimiyah berkata,
إن غسل اللحم بدعة، فما زال الصحابة رضوان الله عليهم على عهد النبي صلى الله عليه وسلم يأخذون اللحم فيطبخونه ويأكلونه بغير غسل، وكانوا يرون الدم في القدر خطوطاً .
“Mencuci daging sembelihan adalah bid’ah. Para sahabat g di masa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu mengambil daging lantas memasak dan memakannya tanpa mencucinya terlebih dahulu, dalam keadaan mereka melihat darah dalam bejana membentuk garis-garis. Sebab, Allah hanya mengharamkan kepada mereka darah yang mengalir dan yang tumpah, adapun yang tersisa pada urat-urat tidak diharamkan.” Majmu Fatawa, 21/522/253)
 Apa urusannya ini dengan menvonis bid’ah atas pencucian daging?
Ini sangat eneh sekali!
Ibnu Taimiyyah melanjutkan, ia berkata dalam Majmû’ Fatâwa, 21/523:

مجموع الفتاوى – (ج 21 / ص 523) وسكين القصاب يذبح بها ويسلخ فلا تحتاج إلى غسل  فإن غسل السكاكين التي يذبح بها بدعة

“Dan pisau penyembelih/tukang jagal yang ia gunakan menyembelih dan menguliti hewan sembelihan itu tidak perlu dicuci, karena mencuci pisau-pisau yang dipakai menyembelih hewan itu hukumnya BID’AH.”!

PENDAPAT ULAMA SUNNI :
 terdapat darah yang dihukumi najis yang di ma’fu (diampuni) kalau tidak bercampur dengan perkara lain seperti air sedang menurut Imam an-Nawaawi serta as-Subky dihukumi SUCI
وأما الدم الباقي على اللحم وعظامه وعروقه من المذكاة فنجس معفو عنه وذلك إذا لم يختلط بشيء كما لو ذبحت شاة وقطع لحمها فبقي عليه أثر من الدم وإن تلون المرق بلونه بخلاف ما لو اختلط بغيره كالماء كما يفعل في البقر الذي تذبح في المحل المعد لذبحها من صب الماء عليها لإزالة الدم عنها فإن الباقي من الدم على اللحم بعد صب الماء عليه لا يعفى عنه وإن قل لاختلاطه بأجنبي ولو شك في الاختلاط وعدمه لم يضر لأن الأصل الطهارة
Sedang darah yang terdapat pada daging, tulang, urat dari hewan yang disembelih maka hukumnya najis yang dima’fu bila tidak tercampuri sesuatu, seperti bila seekor kambing disembelih, dagingnya dipotong-potong dan ternyata masih tersisa bekas darahnya meskipun air kuah masih berwarna merah karenanya. Berbeda saat ia tercampuri oleh perkara lainnya seperti air misal seekor sapi yang disembelih ditempat yang telah dipersiapkan yang disirami air agar menghilangkan darahnya, maka bila masih tersisa darah pada daging setelah penyiraman air tersebut darahnya tidak dima’fu (harus dicuci dan dibersihkan sebelum memasaknya) meskipun hanya sedikit karena telah bercampur dengan hal lain. Bila diragukan tercampur dengan hal lain dan tidaknya maka tidak bahaya karena kaidah asalnya adalah suci. (Nihaayah az-Zain I/40)
( قوله حتى ما بقي على نحو عظم ) أي حتى الدم الباقي على نحو عظم فإنه نجس وقيل إنه طاهر وهو قضية كلام النووي في المجموع وجرى عليه السبكي
(Hingga darah yang tersisa pada semacam tulang) artinya darah yang tersisa pada semacam tulang hewan yang disembelih dihukumi najis, namun dikatakan menurut pendapat ulama “sesungguhnya ia suci” dan inilah keputusan pernyataan an-Nawawy dalam kitab al-Majmu’ dan yang dijalani oleh as-Subky. (I’aanah at-Thoolibiin I/83 / Mughnil Muhtaj juz I hal 79.) Wallahu a’lam bish-Shawab

0 komentar